Hallo teman-teman semua pada kesempatan ini kita akan mengulas Artikel tentang pemeriksaan widal. semoga makalah ini bermanfaat begi teman-teman semua dan menjadi bahan referensi tugas kuliah. Salam dari saya.....thanks...ckckckc
Judul
percobaan : Pemeriksaan Widal
Metode : Metode yang dipakai
pada pemeriksaan ini adalah
tabung aglutinasi. Teknik aglutinasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan uji apusan (slide test) atau uji tabung (tube
test).
Tujuan : Untuk
membantu menegakkan pemeriksaan demam
typhoid. Mengetahui adanya antibody spesifik terhadap bakteri Salmonella.
A. Prinsip :
Adanya antibody
Salmonella pada sampel serum akan
bereaksi dengan antigen yang terdapat pada reagen
widal sehingga menyebabkan reaksi aglutinasi.
B.
Dasar teori :
Pemeriksaan widal ditujukan
untuk mendeteksi adanya
antibodi
(didalam darah) terhadap antigen kuman Salmonella typhi / paratyphi (reagen). Sebagai
uji cepat (rapit test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal
sebagai Febrile agglutinin. Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor
sehingga dapat memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu.
Hasil
positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah
mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae
sp), reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF).
Hasil negatif palsu disebabkan antara lain :
penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang
dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit
imunologik lain. Demam typhoid (Typhoid Fever) merupakan suatu penyakit infeksi
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi maupun Salmonella paratyphi A, B
dan C yang masih dijumpai secara luas di negara berkembang yang terutama
terletak di daerah tropis dan subtropis.
v Petanda
Serologi Demam Typhoid
Tubuh yang kemasukan
Salmonella akan terangsang untuk membentuk antibodi yang bersifat spesifik
terhadap antigen yang merangsang pembentukannya. Antibodi yang dibentuk
merupakan petanda demam typhoid, yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Aglutinin
O
Titer aglutinin O akan
naik lebih dulu dan lebih cepat hilang daripada aglutinin H atau Vi, karena
pembentukannya T independent sehingga dapat merangsang limposit B untuk
mengekskresikan antibodi tanpa melalui limposit T. Titer aglutinin O ini lebih
bermanfaat dalam diagnosa dibandingkan titer aglutinin H.
Bila bereaksi dengan
antigen spesifik akan terbentuk endapan seperti pasir. Titer aglutinin O 1/160
dinyatakan positif demam typhoid dengan catatan 8 bulan terakhir tidak mendapat
vaksinasi atau sembuh dari demam typhoid dan untuk yang tidak pernah terkena
1/80 merupakan positif.
b.
Aglutinin H (flageller)
Titer aglutinin ini
lebih lambat naik karena dalam pembentukan memerlukan rangsangan limfosit T.
Titer aglutinin 1/80 keatas mempunyai nilai diagnostik yang baik dalam
menentukan demam typhoid. Kenaikan titer aglutinin empat kali dalam jangka 5-7
hari berguna untuk menentukan demam typhoid. Bila bereaksi dengan antigen
spesifik akan terbentuk endapan seperti kapas atau awan.
C.
Alat
dan Bahan:
a. Alat :
- tabung reaksi kecil
+ rak
- spoit -
kapas alkohol
- slide - sentrifuge
-
inkubator - klinipet + tip
- label -
pipet tetes
b. Bahan :
- sampel
serum
- NaCl
c. Reagen : -
antigen O
- antigen H
- antigen OH
D.
Cara
Kerja :
a. Kualitatif :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Dipipet serum sebanyak 50 ul dan
diletakkan pada slide test.
3. Ditambahkan 1 tetes antigen pada
slide tersebut.
4. Kemudian goyangkan “slide” selama 1
menit.
5. Perhatikan adanya reaksi aglutinasi
dalam 1 menit.
6. Reaksi positif bila terjadi
aglutinasi dalam 1 menit.
b.
Semi
Kuantitatif :
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Dipipiet
masing-masing serum 80 ul, 40 ul, 20 ul, 10 ul dan 5 ul dan diletakkan pada
“slide test”.
3.
Ditambahkan
masing-masing 1 tetes suspensi antigen (misalnya H antigen dari S. typhi) yang
sebelumnya telah dikocok terlebih dahulu disamping tetesan serum, kemudian
diaduk dengan memakai batang pengaduk (tusuk gigi/lidi) selama beberapa detik.
4. Goyangkan “slide” selama 1 menit dan
perhatikan adanya reaksi aglutinasi dalam 1 menit.
5. Perhatikan adanya reaksi aglutinasi
yang terjadi.
6. Serum 80 ul, 40 ul, 20 ul, 10 ul,
dan 5 ul setelah penambahan 1 tetes antigen sesuai dengan pengenceran sebanyak
20, 40, 80, 10 dan 320 kali.
7. Titer antibodi dilaporkan sesuai
dengan pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi.
c. Kuantitatif :
1. Disiapkan
8 tabung reaksi dan disimpan dalam rak tabung serta diberi label 1-8.
2. Pada
tabung 1 ditambahkan NaCl 1900 ul + serum 100 ul lalu dihomogenkan.
3. Tabung
ke 2 sampai tabung ke 8 ditambahkan NaCl 1000 ul.
4. Campuran
larutan pada tabung 1 dipipet sebanyak 1000 ul lalu dimasukkan ke dalam
tabung 2 kemudian dihomogenkan.
5. Dilakukan
hal di atas sampai tabung 7, (tidak dilakukan pada tabung 8 karena tabung 8 dijadikan sebagai kontrol).
6. Kemudian
pada tabung 7 dipipet larutan
sebanyak 1000 ul lalu dibuang.
7. Pada
semua tabung ditambahkan 1 tetes antigen lalu dihomogenkan.
8. Diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 36°C.
9. Perhatikan adanya reaksi aglutinasi yang terjadi pada
setiap tabung.
10. Titer antibodi dilaporkan sesuai
dengan pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi.
E.
Hasil Pengamatan :
Hasil yang didapatkan
dari uji ini yaitu negatif
(tidak
terjadi aglutinasi).
F. Daftar Pustaka :
Hardjoeno dkk. 2003.Interpretasi
hasil test diagnostic.Makassar.Lephas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar